Borobudur Pharmacy Review
https://journal.unimma.ac.id/index.php/bphr
<p><span style="font-size: 12px;">Journal title : <strong>Borobudur Pharmacy Review</strong><br>Abbreviation : <strong>BPHR</strong><br>ISSN : <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20210703182139433"><strong>2798-3552</strong></a><br>DOI Prefix : 10.31603/bphr by <img src="http://ijain.org/public/site/images/apranolo/Crossref_Logo_Stacked_RGB_SMALL.png" width="55" height="15"><br>Frequency : Biannually <br>Type of peer-review: <strong>Single-blind<br></strong>Indexing : <a href="https://scholar.google.com/citations?user=_fW_QS0AAAAJ&hl=id">Google Scholar</a><br>Editors : See <a href="http://journal.ummgl.ac.id/index.php/bphr/about/editorialTeam">Editorial Team</a> </span></p>Universitas Muhammadiyah Magelangen-USBorobudur Pharmacy Review2798-3552Gambaran peresepan obat antiepilepsi pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang periode Januari – Juni 2022
https://journal.unimma.ac.id/index.php/bphr/article/view/11058
<p><em>Epilepsy is one of the most important neurological diseases. Epilepsy is often associated with physical injury, mental injury, and severe psychosocial consequences for those affected. The study aims to determine the description of anti-epileptic drug prescribing for outpatients at Prof. Dr. Soerojo Magelang Mental Hospital in January-June 2022. The method used in this research was descriptive, and it took saturated samples in the form of prescriptions from patients who met the inclusion criteria with an age range of 18-40 years. The results of the study showed that the sufferers who received the most antiepileptic drugs were women aged 18-29 years. The average number of drug items per prescription sheet is 1.99 following WHO standards. The most commonly prescribed antiepileptic drug is a single carbamazepine (20.49%), followed by a combination of Carbamazepine with Divalproex Sodium (13.66%) and a combination of Carbamazepine, Clobazam and Divalproex Sodium (12.68%). In contrast, the most common dosage and rules for use of antiepileptic drugs are Clobazam 1mg tablet, dose once a day, 1 tablet (20.78%).</em></p>Dela Puspita SariHerma Fanani AgustaFitriana Yuliastuti
##submission.copyrightStatement##
2024-07-312024-07-31411610.31603/bphr.v1i1.11058Uji stabilitas fisik formulasi sediaan sirup infusa daun seledri (Apium graveolens L.) dengan larutan pemanis daun stevia (Stevia rebaudiana)
https://journal.unimma.ac.id/index.php/bphr/article/view/11565
<p>Salah satu penyakit jantung dan pembuluh darah biasa disebut hipertensi yaitu merupakan tekanan darah <br>tinggi. Dikenal sebagai penyebab kematian dan sering disebut sebagai “silent killer”. Hal ini karena hipertensi <br>sering muncul tanpa gejala dan baru terdeteksi setelah menyebabkan gangguan serius pada tubuh. <br>Penderita hipertensi banyak memanfaatkan terapi tradisional, salah satunya penggunaan tanaman seledri <br>(Apium graviolens L.). Pemanfaatan tanaman seledri dapat dibuat menjadi sirup yang menggunakan <br>kandungan pemanis alami yaitu pemanis alami daun stevia (Stevia rebaudiana). Penelitian ini bertujuan <br>untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap hasil uji stabilitas sediaan sirup daun seledri <br>dengan pemanis daun stevia dengan metode cycling test yang dilakukan sebanyak 6 siklus dengan suhu <br>4<br>oC dan 40oC masing – masing selama 24 jam dengan menguji parameter antara lain organoleptik, pH, viskositas, kejernihan dan homogenitas. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental. Hasil <br>stabilitas sediaan sirup infusa daun seledri (Apium graviolens L.) diperoleh uji organoleptik berbentuk cair, <br>memiliki bau khas seledri dan berwarna hijau kekuningan. Sediaan sirup seledri homogen dan jernih selama <br>penyimpanan, hasil stabilitas uji pH memiliki nilai rata-rata 5,27 dan viskositas 3,8 cP. Hasil data uji stabilitas <br>organoleptik, homogen, kejernihan, pH dan viskositas menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan <br>yang signifikan antar siklus yang artinya sirup stabil selama penyimpanan.</p>Indri Kusuma DewiSalsa Billa Nur AlifAchmad Ridlo
##submission.copyrightStatement##
2024-07-312024-07-314171110.31603/bphr.v4i1.11565Analisis kualitatif dan kuantitatif kandungan hidrokuinon dalam krim pemutih herbal yang dijual secara online
https://journal.unimma.ac.id/index.php/bphr/article/view/9768
<p>Krim pemutih wajah merupakan produk yang mengandung bahan aktif untuk menghambat produksi melanin sehingga memberikan warna kulit yang lebih cerah. Hidrokuinon adalah senyawa golongan fenol yang sering disalahgunakan sebagai <em>agent</em> pemutih tambahan kosmetik dengan tujuan untuk menarik perhatian konsumen. Penggunaan Hidrokuinon dalam krim pemutih dilarang karena efek samping yang merugikan. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui berapa kadar Hidrokuinon pada krim pemutih herbal yang dijual secara online. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif meliputi uji pendahuluan menggunakan pereaksi warna FeCl3 1% dilanjutkan analisis menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada 5 sampel krim pemutih herbal yang dijual di Shopee, Tokopedia dan Lazada dan analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Hasil analisis kualitatif diawali dengan uji pendahuluan menggunakan pereaksi FeCl3 1% dihasilkan sampel S3 dan S5 terjadi perubahan warna sesuai dengan baku pembanding Hidrokuinon yaitu berwarna kuning keoranyenan. Dilanjutkan analisis menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase gerak Etanol 96% : Asam Asetat Glasial (8:2) dan plat Silika Gel GF254 diperoleh nilai Rf dari kelima sampel secara berturut-turut yaitu 0,56; 0,53; 0,76; 0,61; dan 0,80 sedangkan nilai Rf baku pembanding Hidrokuinon yaitu 0,80, sehingga sampel dengan kode S3 dan S5 dinyatakan positif mengandung Hidrokuinon. Analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-VIS pada sampel S3 dan S5 diperoleh kadar Hidrokuinon dalam sampel sebesar 0,095% pada S3 dan 0,038% pada S5. Berdasarkan hasil penelitian dari kelima sampel, yang positif mengandung Hidrokuinon pada analisis kualitatif dan kuantitatif yaitu sampel dengan kode S3 dan S5.</p>Ikafatimah SophieyatiPuspita Septie DianitaHerma Fanani Agusta
##submission.copyrightStatement##
2024-07-312024-07-3141121910.31603/bphr.v4i1.9768Kajian literatur : Efektivitas resin getah jernang (Daemonorops draco) sebagai antibakteri
https://journal.unimma.ac.id/index.php/bphr/article/view/8991
<p>Jernang merupakan resin berwarna merah yang diperoleh dari hasil ekstraksi tanaman rotan. Tanaman rotan yang banyak diambil resin nya yaitu jenis <em>dragon’s blood.</em> Tanaman ini telah banyak dimanfaatkan secara turun -temurun dalam pengobatan tradisional. Resin jernang dpat dimanfaatkan sebagai obat (antibakteri, antikanker, antiviral, dan antiinflamasi). Selain itu resin jernang juga dapat digunakan sebagai pewarna. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas antibakteri dari resin jernang jenis <em>dragon’s blood. </em>Penulisan <em>review </em>artikel ini dilakukan dengan menggunakan metode pencarian literatur dari berbagai sumber yang telah dipublikasi secara online melalui <em>google scholar</em> dan <em>pubmed</em> dengan kata kunci antibakteri resin jernang (<em>Daemonorops draco)</em>. Pada pengujian antibakteri diperoleh bahwa resin jernang dapat menghambar pertumbuhan bakteri <em>S. aureus, E. coli, V. cholera, S. Typhy dan S. mutan </em>dengan menggunakan pelarut etanol, kloroform dan n-heksan. Konsentrasi yang digunakan dapat mempengaruhi zona hambat bakteri.</p>Farhan Adyaqsa Prihatmadi
##submission.copyrightStatement##
2024-08-012024-08-0141202610.31603/bphr.v4i1.8991Karakteristik kimia dan sensori pai susu berbahan dasar tepung kedelai (Glycine max L.) dan serbuk daun kelor (Moringa oleifera L.)
https://journal.unimma.ac.id/index.php/bphr/article/view/11731
<p>Along with the development of science and lifestyle, causing people to prioritize processed foods that are not only filling but provide health benefits. Soy flour and moringa leaf powder can be processed because they have content that is used as a food source that is rich in protein, carbohydrates and fat. The purpose of this study was to determine the chemical and sensory characteristics of milk pie preparations made from soy flour and moringa leaf powder. This study used an observational method with a descriptive research design. This study used one formula with the main ingredients of soy flour as much as 100 grams and moringa leaf powder as much as 1,5 grams.. Pie making is done by making skin dough with soy flour as the main ingredient, olive oil as an emulsifier, powdered sugar as a flavor giver and pie filling using moringa leaf powder as a color giver, cornstarch as a thickener, powdered sugar as a flavor giver and low fat milk as a liquid ingredient, then baked at 170 ℃ for 25 minutes. The tests carried out include ash content test, moisture content test, qualitative test of protein content, carbohydrate content and fat content. The results showed that milk pies made from soy flour and moringa leaf powder had an ash content of 3,85 ± 0,42% and a moisture content of 7,17 ± 0,20%. The pies contain protein, carbohydrate and fat. The skin of the pie has a distinctive soybean smell, brownish color, sweet and savory taste and rough texture, while the contents of the pie have a distinctive smell of moringa leaves, green color, sweet taste and soft texture.</p>Risnanda Vinca Devian1Indri Kusuma DewiSunarmi Sunarmi
##submission.copyrightStatement##
2024-08-012024-08-0141273310.31603/bphr.v4i1.11731