Main Article Content

Abstract

Tidak dipungkiri, agama di Indonesia berkembang melalui proses akulturasi dengan budaya lokal, seperti agama Islam yang berakulturasi dengan budaya Jawa dan dikenal sebagai Islam Jawa. Secara empiris, fenomena dialektika tersebut tampak dalam tradisi keberagamaan yang dilaksanakan oleh masyarakat muslim lokal seperti tradisi kenduri, nyadran, rebo kasan atau ekspresi religius yang lainnya. Lahirnya ekspresi religius yang sangat variatif tersebut merupakan indikasi adanya fenomena dialektika agama dan budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola dialektika dalam tradisi kenduri di Desa Kedungcino, Jepara sebagai ekspresi religius. Studi ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data penelitian ini melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua pola dialektika dalam tradisi kenduri, yaitu teologis-kompromistis dan teologis-humanistis.

Keywords

Tradisi Kenduri Ekspresi Religius Teologis-Kompromistis Teologis-Humanistis

Article Details

References

  1. Ahimsa-Putra, H. S. (2012). Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi untuk Memahami Agama. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 20(2), 271–304.
  2. Bakri, S. (2014). Kebudayaan Islam Bercorak Jawa: Adaptasi Islam dalam Kebudayaan Jawa. Dinika, 12(2), 33–40.
  3. Bakri, S. (2016). Islam Kejawen: Agama dalam Kesejarahan Kultur Lokal. Dinika, 14.
  4. Beatty, A. (2001). Variasi Agama di Jawa: Suatu Pendekatan Antropologi. PT Raja Grafindo Persada.
  5. Chodjim, A. (2007). Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. Serambi Ilmu Semesta.
  6. Geertz, C. (1989). The Religion of Java. The Free Press of Glencoe.
  7. Jamiatun, S. (2017). Akulturasi budaya Jawa dan ajaran Islam dalam tradisi nyeliwer wengi : studi kasus tradisi malam Idul Fitri di Desa Kedungkarang Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
  8. Lestari, G. (2016). Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 28(1).
  9. Manuaba, I. B. P. (2008). Memahami Teori Konstruksi Sosial. Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, 21(3), 221–230.
  10. Mujib, A. (2015). Pendekatan Fenomenologi dalam Studi Islam. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 6(2), 167–183. https://doi.org/10.24042/ATJPI.V6I2.1485
  11. Muqoyyidin, A. W. (2013). Dialektika Islam dan Budaya Lokal Jawa. IBDA` : Jurnal Kajian Islam Dan Budaya, 11(1), 1–18. https://doi.org/10.24090/ibda.v11i1.64
  12. Paisun. (2010). Dinamika Islam Kultural: Studi atas Dialektika Islam dan Budaya Lokal Madura. El-HARAKAH: Jurnal Budaya Islam, 12(2), 153–168. https://doi.org/10.18860/el.v0i0.450
  13. Poniman. (2015). Dialektika Agama dan Budaya. Nuansa : Jurnal Studi Islam Dan Kemasyarakatan, 8(2), 165–171.
  14. Qomar, M. (2015). Ragam Identitas Islam di Indonesia dari Perspektif Kawasan. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 10(2), 317–352. https://doi.org/10.21274/epis.2015.10.2.317-352
  15. Roibin. (2013). Dialektika Agama dan Budaya dalam Tradisi Selamatan Pernikahan Adat Jawa di Ngajum, Malang. El-HARAKAH: Jurnal Budaya Islam, 15(1), 34–47. https://doi.org/10.18860/el.v15i1.2671
  16. Susanti, R. D. (2017). Tradisi Kenduri dalam Masyarakat Jawa pada Perayaan Hari Raya Galungan di Desa Purwosari Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Penelitian Agama Hindu, 1(2), 489–495.
  17. Woodward, M. R. (1988). The “Slametan”: Textual Knowledge and Ritual Performance in Central Javanese Islam. History of Religions, 28(1), 54–89. http://www.jstor.org/stable/1062168