Main Article Content

Abstract

Perkembangan manajemen rantai pasok menfokuskan pada kajian tentang efektifitas dan efisiensi aliran barang, sistem informasi dan aliran keuangan sehingga mencakup semua rantai pasok dengan semua pihak yang bersangkutan. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam PT Petrogas Prima Services perusahaan repair tabung gas LPG volume 3 kg adalah keterlambatan kedatangan material. Pada pengiriman sealtape hanya 97,4% dari pemesanan, Pada pemesanan valve melebihi hari pengiriman dan pada saat distribusi terdapat kendala yang tidak bisa diprediksi. Oleh kerena itu, dibutuhkan manajemen rantai pasok untuk koordinasi dan mengelola aktifitas rantai pasok supaya proses produksi berjalan dengan baik dan tidak ada keterlambatan produksi maupun distribusi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis risiko pada aktivitas rantai pasok mengunakan metode House of Risk. Dari House of risk fase I menghasilkan 5 penyebab risiko dominan yaitu gangguan teknis (mesin tidak optimal), karyawan kurang teliti, perencanan kurang maksimal, babhan baku tidak sesuai dan system informasi yang tidak efektif. Melalui House of Risk Fase II dihasilkan 13 langkah aksi pencegahan yang direkomendasikan bagi perusahaan untuk mengurangi potensi kejadian risiko, yaitu melakukan pemeriksaan rutin (PA2), melakukan pencegahan (PA4), menyusun SOP perawatan (mesin/transportasi) (PA1), pembagian sift kerja yang sesuai (PA5), menejemen persediaan sperpart mesin (PA3), pengendalian bahan baku (PA11), pengadaan training (PA6), menyusun SOP pengadaan (inventory) dan supplier (PA8), meningkatkan pengelolaan terhadap menenjemen (PA9), menyusun alternative perencanaan (PA10), pelatihan (PA13), pemberian sangsi disiplin (PA7), dan dukungan software (PA12).

Keywords

House of Risk Supply chain Menejemen Risiko

Article Details

References

  1. Budi, P. N., & Martanto, A. (2014). Penggunaan FMEA dalam Mengidentifikasi Resiko kegagalan Proses Produksi Sarung ATM (Alat Tenun Mesin)(Studi Kasus PT Asaputex Jaya Tegal). IX(93-98). https://doi.org/10.12777/jati.9.2.93-98.
  2. Cash, R., & Wilkerson, T. (2003). Developing a Green Supply Chain Analytical Toll. https://doi.org/10.21236/ada413878.
  3. Hakim, G. A. (2018). Penentuan Penanganan Strategi Resiko Aktivitas Rantai Pasok CV. Asiatik.
  4. Hidaya, S., & Baihaqi, I. (2015). Analisis dan Mitigasi Resiko Rantai Pasok pada PT.Crayfish Softshell Indonesia. Surabaya : Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November.
  5. Parenrengi, S. M., Mallarangeng, A. T., & Zahra, I. (2011). Analisis Resiko supply Chain Management dalam Membangun Ketangguhan Perusahaan dengan Metode Failure Mode Effect and Analysis (FMEA). Hasil Penelitian Fakultas Teknik . Makassar: Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
  6. Pujawan, I. N., & Geraldin, L. H. (2009). House of Risk Model : a Model for Proactive supply chain Risk Management. Business Process Managemen Journal (953-967). http://dx.doi.org/10.1108-/14637150911003801.
  7. Purdy, G. (2010). ISO 31000:2009-Setting a New Standard foe Risk Management. Risk Analysis. https://doi.org/10.1111/j.1539-6924.2010.01442.x.
  8. Putri, D. K. (2017). Strategi Penanganan Resiko Pada Supply Chain PT Sumber Alam dengan Pendekatan House of Risk. Yogyakarta: Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
  9. Silvia, N. D. (2016). Usulan Ukuran Kerja Supply Chain Menggunakan Metode Balanced Scorecard Studi Kasus di CV.Chihanjung Inti Teknik. Bandung: Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasudan.
  10. Ulfah, m., Syamsul, M. M., Sukardi, & Raharja, s. (2016). Analysis and improvet of supply chain risk management of refined sugar using house of risk approach. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 26(1)(87-103).