Main Article Content
Abstract
Konsep etikal tentang Tuhan berkembang di kalangan zuhhad atau asketik sebagai embrio sufisme. Pandangan mereka tentang Tuhan tidak terbatas seperti pendapat mutakallimin, tetapi lebih dari itu. Menurut mereka zat Tuhan adalah sumber dari segala keindahan dan kesempurnaan, juga diyakini bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan, daya-iradat yang mutlak. Tuhan adalah pencipta tertinggi, pengatur segala kejadian dan asal segala yang ada. Berkembangnya tasawuf sebagai jalan dan latihan untuk merealisir kesucian batin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Allah Swt, juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakang teologi dan filsafat. Dari kelompok inilah tampil sejumlah sufi yang filosofis atau filosof yang Sufis. Konsep-konsep tasawaf mereka disebut tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. Pemikiran-pemikiran filsafat tersebut menjadi inspirasi dalam pengembangan metodologi pendidikan Islam. Metodologi yang diharapkan adalah metode-metode yang membantu memudahkan pemahaman dan mengarahkan pada kesempurnaan Tuhan. Baik melalui konsep manusia, manusia dalam perkembangannya, konsep ilmu pengetahuan dan fungsinya, cara manusia memperoleh ilmu pengetahuan, serta dalam proses pembelajaran dan fungsi lembaga.